Diskan Pandeglang Sudah Tidak Terbitkan Rekomendasi, Nelayan Pandeglang Menjerit

Redaksinew.com, Pandeglang, Banten - Akibat terkendala Surat Rekomendasi yang sudah tidak diterbitkan lagi oleh Dinas Perikanan Kabupaten Pandeglang, Banten, masyarakat nelayan di wilayah Kabupaten Pandeglang, khususnya di wilayah Kecamatan Sumur dan sekitarnya, menjerit. Mereka terpaksa harus menggunakan dan membeli Pertamax untuk melaut, lantaran, Diskan Kabupaten Pandeglang, dari bulan Januari 2023, sudah tidak mengeluarkan surat rekomendasi pembelian BBM untuk nelayan.
"Jadi, adanya keluhan masyarakat nelayan yang kesulitan membeli BBM jenis Petralite, dan terpaksa harus membeli BBM jenis Pertamax di Kecamatan Sumur khususnya, itu benar adanya. Karena pada awalnya, Diskan Kabupaten Pandeglang memberikan rekom yang berdasarkan aturan yang diatur oleh pemerintah. Tapi sekitar bulan Januari 2023 lalu, rekom pembelian BBM tersebut, tidak diterbitkan lagi oleh Diskan Pandeglang," ungkap Agus Hidayatullah, salah satu perwakilan nelayan di Kecamatan Sumur, beberapa hari yang lalu.
Akhirnya untuk memenuhi kebutuhan nelayan untuk menangkap ikan sebagai mata pencaharian mereka, lanjut Agus, nelayan terpaksa harus membeli BBM jenis Pertamax yang harganya jauh lebih mahal. Jadi Kalau orang menengah ke atas bisa membeli BBM bersubsidi ke SPBU, tapi kami para nelayan, dari kalangan bawah tidak bisa menikmati dari yang namanya Subsidi.
"Menurut Kasi tangkap Diskan Pandeglang, Hardi, yang saya hubungi melalui telephone selularnya, alasan Diskan tidak menerbitkan rekom pembelian BBM untuk nelayan, menurutnya, karena Kadis Diskan merasa takut. Karena kata Kasi, Kadis takut ada penyalahgunaan dokumen rekomendasi oleh oknum mungkin," jelasnya.
Alasan Kepala Dinas Perikanan yang disampaikan oleh Kasi tangkap tersebut, masih kata Agus, tidak masuk logika atau tidak logis bagi kami masyarakat nelayan. "Soal adanya keluhan nelayan, Diskan seharusnya cepat tanggap jangan sampai karena gara gara ketakutan ada penyalahgunaan dokumen, nelayan yang menderita dengan terpaksa membeli BBM Pertamax yang lebih mahal," imbuhnya.
Ya apabila ada persoalan penyalahgunaan oleh oknum, kata Agus, laporkan saja kepada Aparat Penegak Hukum (APH). Kadiskan, kewajibannya melayani masyarakat nelayan, agar, taraf kehidupan klnelayan meningkat, dan dengan sendirinya, PAD Pandeglang pun dapat meningkat.
"Dan kaitan dengan hal ini, Pemerintah Provinsi Banten, sudah melayangkan surat untuk para Kepala Daerah se Provinsi Banten pada bulan Juni 2023 perihal Penerbitan Surat Rekomendasi Perangkat Daerah Untuk Pembelian Jenis Bahan Bakar Minyak Tertentu dengan no surat, Nomor 542/2132-DESDM/2023. "Disitu jelas, Pemprov Banten sudah menghimbau kepada Bupati atau Wali Kota, melalui perangkat daerah agar segera menerbitkan surat rekomendasi untuk konsumen pengguna yang melakukan pembelian BBM JBT, dengan memperhatikan bidang usaha sesuai dengan kewenangan Perangkat Daerah," tegasnya
Sementara itu, hal yang sama dikatakan oleh sejumlah nelayan lainnya mengatakan hal yang sama. Mereka merasa sangat berat dengan kondisi sekarang, karena, selisih harga dari Pertalite ke Pertamax itu, sangat besar, bisa untuk menghidupi anak istri selama beberapa hari. "Sangat berat, sekarang ini kita dipaksa untuk membeli Pertamax. Namun karena kami juga butuh makan, ya dengan terpaksa kami menggunakan Pertamax," kata mereka.
Informasi yang berhasil dihimpun oleh wartawan, hal serupa dirasakan oleh nelayan di Kecamatan Cimanggu. Terlebih, di Kecamatan Cimanggu diperkirakan ada lebih dari 500 Perahu Congkreng Fiber yang terpaksa membeli Pertamax. "Di SPBU harga Pertamax Rp. 12 Ribu, sampai di Rancapining harganya mencapai 15 hingga 17 Ribu per Liter. Jadi kalau dalam satu hari kita membeli 50 atau 100 Liter, selisihnya hingga Rp. 300 ribu bahkan lebih, itu cukup untuk makan dan jajan anak istri selama tiga hari," ungkap mereka.
Kami berharap, tambah mereka, Kadiskan Kabupaten Pandeglang segera mencari solusi dari permasalahan ini, karena kondisi kehidupan kami sudah sangat susah, jangan ditambah lagi dengan permasalahan ini. "Ya semoga lekas terketuk hatinya lah, segera carikan jalan keluar untuk nelayan, apapun itu, bagaimana pun itu caranya, kami berharap Kadiskan segera membantu kami," ujar mereka. (Rhad/01).